KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW


MAKALAH
KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW
(Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sirah Nabawiyah)
Dosen Pengampu: Imamul Huda, M.Pd.I.




Disusun oleh :
Nurkhakiki                              (23010170077)   
Ahmad Mudzakir                    (23010170098)
Ahmad Musyafak                    (23010170086)
Imam Syafii                             (23010170093)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN  2017

Kata Pengantar


Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah yang berjudul “ Kelahiran Nabi Muhammad SAW  dapat tersusun hingga selesai. Atas dukungasn moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Imamul Huda, M.Pd.I. selaku dosen pembimbing. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.




Salatiga, 03 Desember 2017


                                                                         Penyusun


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Nabi Muhammad adalah nabi pembawa risalah Islam, rasul terakhir penutup rangkaian nabi-nabi dan rasul-rasul Allah SWT di muka bumi. Sebagai seorang muslim hendaknya mengetahui sejarah Nabi Muhammad SAW, seperti kelahiran beliau. Kelahirannya merupakan  peristiwa penting dalam Islam. Karena Nabi Muhammad adalah pembawa ajaran Islam bagi seluruh umat. Namun pada kenyataannya, saat ini banyak muslim yang kurang mengerti sejarah kelahiran Nabi Muhammad. Kebanyakan muslim saat ini lebih mengenal figur-figur yang sebenarnya tidak pantas dicontoh. Oleh karena itu, penulis kali ini akan membahas tentang kelahiran Nabi Muhammad SAW, dan mudah-mudahan dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan serta rasa kecintaan kita pada Nabi Muhammad SAW.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana nashob atau silsilah Muhammad?
2.      Bagaimana kelahiran Muhammad?
3.      Bagaimana kehidupan Muhammad setelah kelahirannya atau masa bayinya?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui nashob atau silsilah Muhammad.
2.      Untuk mengetahui kelahiran Muhammad.
3.      Untuk mengetahui kehidupan Muhammad setelah kelahirannya atau masa bayinya.


BAB II
PEMBAHASAN


A.    Silsilah atau Nashob Muhammad
Nabi Muhammad mempunyai garis keturunan dari kaum Quraisy, nashobnya ialah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib (namanya Syaibatul Hamd) bin Hisyam bin Abdi Manaf (namanya al-Mughfiroh) bin Qushayyi (namanya Zaid) bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhar bin Nazar bin Mu’iddu bin Adnan.
Itulah batas nashob Rasulullah yang telah disepakati. Selebihnya, dari yang telah disebutkan, masih diperselisihkan. Akan tetapi, hal yang sudah tidak diperselisihkan lagi ialah bahwa Adnan termasuk anak Isma’il bin Ibrahim, nabi Allah. Allah telah memilihnya ( Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) dari kabillah yang paling bersih, keturunan yang paling suci dan utama. Tak sedikit pun dari “ karat-karat” jahiliyyah menyusup ke dalam nashobnya.
Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam. Beliau bersabda:
ان  اللة اصطفى كنا نة من ولد ءسماعيل واصطفى قريشا من كنانة واصطفى هاشما من قريش واصطفانى من بنى هاشم
“Sesungguhnya, Allah telah memilih Kinanah dari anak Isma’il dan memilih Quraisy dari Kinanah, kemudian memilih Hasyim dari Quraisy, dan memilihku dari bani Hasyim.” [1]
                                                          



                                                            Silsilah Nabi Muhammad





* Tahun lahir[2]

A.    Kelahiran Muhammad
Usia Abdul Muttalib sudah hampir 70 tahun atau lebih, tatkala Abraham mencoba menyerang Mekkah dan menghancurkan Ka`bah. Ketika itu umur Abdullah anaknya, sudah 24 tahun dan sudah tiba saatnya untuk menikah. Pilihan Abdul Muttalib jatuh kepada Aminah binti Wahb bin Abdu Manaf bin Zuhrah, Aminah pemimpin suku Zuhrah ketika itu yang sesuai pula usianya dan mempunyai kedudukan terhormat.[3]
Abdud Muttalib dan Abdullah datang dan menemui Wahb dan melamar putrinya. Sebagian penulis sejarah berpendapat, bahwa Abdul Muttalib pergi menemui Uhaib, paman Aminah itu, Abdul Muttalib juga menikah dengan Halah, putri pamannya. Dari perkawinan antara Halah dan Abdul Muttalib lahirlah Hamzah.[4] Abdullah dengan Aminah tinggal selama tiga hari di rumah Aminah, sesuai dengan adat kebiasaan Arab bila perkawinan di langsungkan di rumah keluarga putri. Sesudah itu mereka pindah bersama-sama ke keluarga Abdul Muttalib. Tak lama setelah perkawinnya, Abdullah pergi dalam suatu usaha perdagangan ke Syam dengan meninggalkan istri yang sedang hamil. Dalam perjalanannya selama beberapa bulan itu Abdullah pergi juga ke Gaza dan kembali lagi. Setelah itu ia singgah di tempat saudara-saudara ibunya di Madinah sekedar beristirahat sesudah merasa letih selama dalam perjalanan. Sesudah itu Abdullah akan kembali pulang dengan kafilah ke Makkah. Tetapi kemudian Abdullah jatuh sakit di tempat pamanya iu. Kawan-kawannya pun pulang lebih dulu meninggalkan Abdullah. Dan merekalah yang menyampaikan berita sakitnya Abdullah kepada ayahnya setelah mereka sampai.
     Begitu berita sampai kepada Abdul Munttalib ia mengutus Haris anaknya yang sulung untuk ke Madinah supaya membawa Abdullah kembali bila sudah sembuh. Tetapi sesampainya di Madinah ia mengetahui bahwa Abdullah sudah meninggal dan sudah dikuburkan, sebulan setelah kafilahnya berangkat ke Makkah. Kembalilah Haris kepada keluarganya dengan membawa perasaan pilu atas kematian adiknya itu. Rasa duka dan sedih menyayat hati Abdul Muttalib, menyayat hati Aminah, karena ia kehilangan seorang suami yang selama ini menjadi harapan dan kebahagianan hidupnya. Harta peninggalan Abdullah sesudah wafat terdiri dari lima ekor unta, sekelompok ternak kambing dan seorang budak perempuan yang bernama Umu Aiman yang kemudian menjadi pengasuh nabi.[5] Di samping umur Abdullah yang masih muda belia, sudah mampu bekerja dan berusaha mencari kekayaan. Dalam diri Abdullah memang tidak mewarisi sesuatu dari Abdul Munttalib.
     Aminah sedang mengandung, seperti perempuan lainnya ia pun melahirkan selesai bersalin dikirimnya berita kepada Abdul Munttalib di Ka`bah, bahwa ia melahirkan bayi laki-laki. Betapa gembiranya Abdul Munttalib setelah menerima berita. Setelah lahir, Abdul Munttalib teringat kepada Abdullah anaknya. Gembira sekali hatinya,karena ternyata pengganti anaknya sudah ada. Cepat-cepat ia menemui menantunya itu, di angkatnya bayi itu lalu di bawanya ke Ka`bah. Abdullah memberikan nama kepada bayi laki-laki itu yaitu Muhammad, nama yang sebenarnya tidak lazim di kalangan masyarakat Arab, tetapi cukup dikenal.[6] Kemudian di kembalikannya bayi itu kepada ibunya. Kini mereka pun menantikan orang yang akan menyusukan bayi laki-laki itu dari keluarga Sa`d (Banu Sa`d), untuk kemudian menyerahkan anaknya itu kepada salah seorang dari mereka, sebagaimana menjadi adat kaum bangsawan Arab di Makkah.[7]
Muhammad di lahirkan pada Tahun Gajah, yakni tahun dimana Abraham Al Asyram berusaha menyerang Makkah dan menghancurkan Ka`bah lalu Allah menggagalkan dengan mu`jizat yang mengagumkan sebagaimana di ceritakan di dalam Al Qur`an. Tepatnya dua bulan setelah pasukan gajah menyerang Kota Makkah.[8] Beliau dilahirkan dalam keadaan yatim. Bapaknya, Abdullah meninggal ketika ibunya mengandung 2 bulan. Secara umum sejarawan berpendapat, ia lahir pada hari 12 Rabiul Awwal 570 Masehi di Makkah.[9] Aminah masih menunggu orang yang menyusukan anaknya itu kepada salah seorag keluarga Sa`d yang akan menyusukan, sebagaimna sudah menjadi kebiasaan bangsawan-bangsawan Makkah.
Adat demikian masih berlaku di kalangan bangsawan-bangsawan Makkah. Pada hari kedelapan mereka biasa mengirimkan anak-anak itu ke pedalaman dan baru kembali pulang ke kota sesudah berumur delapan atau sepuluh tahun. Di kalangan kabilah-kabilah pedalaman yang terkenal dalam menyusukan ini di antaranya kabilah Banu Sa`d. Sementara menunggu orang yang akan menyusukan, Aminah menyerahkan anaknya kepada Suwaibah, budak perempuan Abu Lahab, pamannya.[10] Sekalipun hanya beberapa hari saja Suwaiban menyusukan, namun ia tetap memelihara hubungan yang baik sekali selama hidupnya. Akhirnya datang juga perempuan-perempuan keluarga Sa`d yang akan menyusukan itu ke Makkah. Mereka memang mencari bayi yang akan mereka susukan. Tetapi mereka menghindari anak-anak yatim. Sebenarnya mereka masih mengharapkan sekadar balas jasa dari sang ayah. Sedang dari anak-anak yatim sedikit sekali yang dapat mereka harapkan.

B.       Kehidupan Muhammad setelah Kelahirannya atau Masa Bayinya
Setelah lahir, Muhammad disusui dan dan diasuh Halimah binti Abi Zua`ib yang pada mulanya menolak Muhammad seperti yang lain, ternyata ia tidak mendapat bayi lain sebagai gantinya. Di samping itu karena dia juga perempuan yang kurang mampu, ibu-ibu lain pun tidak menghiraukannya. Setelah sepakat mereka akan meninggalkan Makkah, Halimah berkata kepada suaminya, Haris bin Abdul-Uzza :” Tidak senang aku pulang dengan teman-temanku tanpa membawa bayi. Biarlah aku pergi kepada anak yatim itu akan ku bawa juga.” Lalu Halimah menjawab :” Baiklah,” jawab suaminya:” Mudah-mudahan karena itu Tuhan akan memberi berkah kepada kita”. Halimah kemudian mengambil Muhammad dan membawanya pergi bersama-sama dengan teman-temannya di pedalaman.[11]
Dia bercerita, bahwa sejak mengambil anak itu ia merasa mendapat berkah. Ternak kambingnya menjadi gemuk-gemuk dan air susunya pun bertambah. Tuhan telah memberkati semua yang ada padanya.
Selama dua tahun tinggal di pedalaman, Muhammad disusui oleh Halimah dan di asuh oleh Syaima`, putri Halimah. Udara gurun dan kehidupan pedalaman yang kasar menyebabkan Muhammad tumbuh lebih cepat dewasa. Kehidupan pedalaman yang keras juga membentuk fisiknya menjadi lebih sehat dan kokoh. Setelah cukup dua tahun dan tiba masanya di sapih, Halimah membawa anak itu kepada ibunya dan sesudah itu membawanya kembali untuk diasuh di kampung Bani Sa’ad.[12]
  Dalam sebuah keterangan disebutkan bahwa Aminah sendiri yang meminta Halimah untuk membawa kembali Muhammad ke kampung pedalaman. Namun, dalam keterangan lain, Halimahlah yang menawarkan diri untuk kembali mengasuh Muhammad kecil. Muhammad dibawa kembali oleh Halimah agar tumbuh lebih sehat dan karena khawatir terjangkit wabah penyakit yang saat itu melanda Kota Makkah. Ia tinggal di pedalaman kurang lebih dua tahun lagi, menikmati udara pedalaman yang jernih dan terbebas dari berbagai ikatan, baik ikatan jiwa maupun materi.[13]
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Nabi Muhammad mempunyai garis keturunan dari kaum Quraisy, nashobnya ialah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hisyam bin Abdi Manaf bin Qushayyi bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhar bin Nazar bin Mu’iddu bin Adnan. Itulah batas nashob Rasulullah yang telah disepakati. Selebihnya, dari yang telah disebutkan, masih diperselisihkan. Akan tetapi, hal yang sudah tidak diperselisihkan lagi ialah bahwa Adnan termasuk anak Isma’il bin Ibrahim.
Muhammad di lahirkan pada Tahun Gajah, yakni tahun di mana Abraham Al Asyram berusaha menyerang Makkah dan menghancurkan Ka`bah. Beliau dilahirkan dalam keadaan yatim. Bapaknya, Abdullah meninggal ketika ibunya mengandung 2 bulan. Secara umum sejarawan berpendapat, ia lahir pada hari 12 Rabiul Awwal 570 M di Makkah.
Setelah lahir, Muhammad menghabiskan masa bayinya dengan tinggal di pedalaman selama dua tahun, disusui oleh Halimah dan di asuh oleh Syaima`, putri Halimah. Setelah cukup dua tahun dan tiba masanya di sapih, Halimah membawa anak itu kepada ibunya, dan sesudah itu membawanya kembali untuk diasuh di kampung Bani Sa’ad, di pedalaman selama kurang lebih dua tahun lagi.

B.     Saran
Dalam makalah ini masih banyak terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, baik dari segi bahasa, dari segi penyusunan kalimatnya, maupun dari  segi isi yang masih kurang lengkapnya penjelasan dan pemaparan. Oleh karena  itu, kami dari pembuat makalah ini sangat mengharapkan pembaca untuk dapat memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun agar ke depannya kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA


              Al-Buthy, Muhammad Sa’id Ramadhan. (1999). Sirah Nabawiyah. Jakarta: Rabbani Press
              Dianawati, Ajen. (2008).  Kisah Nabi Muhammad SAW. Jakarta: Wahyu Media.
            Haekal, Muhammad Husain. (2015). Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta: Tintamas Indonesia.
              Suryanegara, Ahmad Mansyur. (2016).  Api Sejarah 1. Bandung: Suyadinasti.


[1]Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy, Sirah Nabawiyah (Jakarta: Rabbani Press, 1999), hlm. 31
[2]Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad (Jakarta: Tintamas Indonesia), 2015, hlm. 118. 
[3]Ibid., hlm. 119.
[4]Ibid., hlm. 120.
[5]Ibid., hlm. 121.
[6]Ibid.
[7]Ibid., hlm. 121-122.
[8]Ajen Dianawati, Kisah Nabi Muhammad SAW (Jakarta: Wahyu Media, 2008), hlm. 4.  
[9]Ahmad Mansyur Suryanegara, Api Sejarah 1 (Bandung: Suyadinasti, 2016), hlm. 39.
[10]Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup..., hlm. 123.
[11]Ibid., 124.
[12]Ibid., hlm.125 
[13]Ibid.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MALAKAH DHOROF ZAMAN DAN DHOROF MAKAN

Makalah Menyembelih, Kurban dan Akikah